Garap Film Harmonisasi Keagamaan, Dea Imut Terjun Langsung ke Bali
Senin, 27 Mei 2024 00:11 WITA
Males Baca?
MCWNEWS.COM, DENPASAR - Artis peran Claudia Annisa atau akrab disapa Dea Imut, hadir di kampus ITB STIKOM Bali.
Dea ditemani ibunya Massayu Chairini yang juga seorang sineas dan KH Imam Asosrie, Ketua Forum Pemerhati Sejarah Islam (FPSI) Bali, Senin, (31/5/2021).
Kehadiran Dea Imut dan rombongan untuk berdialog dengan para pentolan organisasi mahasiswa seperti Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Badan Legislatif Mahasiswa (Balma) dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tentang harmonisasi kehidupan antar umat beragama di kampus ITB STIKOM Bali.
Baca juga: ITB STIKOM Bali Gelar Acara Bertajuk 'Stikomers Business Talks'
Maklum, FPSI dan Massayu Chairini serta Dea Imut tengah mempersiapkan sebuah proyek pembuatan film layar lebar yang menggambarkan harmonisasi kehidupan umat bergama di Bali. Dalam film ini, ibunda Dea Imut, Massayu Chairini sebagai produser sedangkan Dea Imut sebagai pemeran utama.
"Walaupun film ini dibuat oleh mama saya tapi saya sendiri tertarik main karena saya melihat filmnya bagus, membawa pesan yang baik, mengisahkan harmonisasi hidup dalam masyarakat Bali. Semoga segera shooting sehingga kita bisa nikmati filmnya," kata Dea Imut.
Baca juga: ITB STIKOM Bali Jaring 902 Calon Mahasiswa Baru, Pendaftaran Gelombang IIIC Dimulai 24 Mei
Menurut Massayu Chairini, pihaknya sudah melakukan survey pada 8 - 9 desa muslim di Bali yang bakal menjadi lokasi shooting.
"Di situlah kami ingin menggambarkan bagaimana kehidupan masyarakat, toleransi bergama antara umat Hindu dan Islam di desa tersebut. Bahkan Dea sendiri akan berperan sebagai gadis Bali yang jatuh cinta dengan pemuda Islam," ujar Chairini.
Baca juga: ITB STIKOM, Satu-satunya PTS di Bali Ditunjuk Sebagai Pendamping SMK se-Bali
Menurut Ketua FPSI Bali KH Imam Asrorie, akulturasi budaya yang melahirkan semangat toleransi kehidupan umat beragama, terutama Islam dan Hindu di Bali dapat ditelusuri sejak abad ke-13. Yakni sejak kedatangan Islam pertama kali di Desa Gelgel, Kabupaten Klungkung.
Disebutkan, akuluturasi Budaya ini melalui beberapa cara. Pertama, proses geneologi atau asimiliasi perkawinan. Kedua, proses kekerabatan secara alamiah sebagai akibat dari asimilasi perkawinan tadi.
Ketiga proses identitas nama misalnya Nyoman, Made, Ketut yang diikuti dengan nama Islam seperti Abdullah. Keempat, proses pembauran dalam kehidupan, yaitu proses sosial yang alamiah dalam masyarakat.
Intinya FPSI Bali ingin memperkuat kembali harmonisasi seperti yang telah dilakukan para raja terdahulu terhadap komunitas Islam pada massa itu yang kini dilanjutkan oleh keturunan mereka.
Sementara itu Wakil Rektor 1 Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB STIKOM Bali Ida Bagus Suradarma, SE, M.Si menambahkan, mengenai kehidupan beragama di kampus sampai saat ini berjalan wajar karena semua mahasiswa berbaur secara harmonis.
"Semua mahasiswa berbaur dengan harmonis, melalui kegiatan ekstrakurikuler yang melibatkan mahasiswa dari berbagai kalangan," pungkas Suradarma.
(rsn)
Komentar