Motif Tewasnya Dokter Paru RSUD Nabire Terkuak, Korban Dibunuh Cleaning Service Lantaran Sakit Hati

Rabu, 29 Maret 2023 14:53 WITA

Card image

Kapolda Papua, Irjen Pol Mathius D Fakhiri saat wawancara dengan wartawan terkait pengungkapan tewasnya dr. Mawartih Susanty, Rabu (29/3/2023). (Foto: Edy/mcw)

Males Baca?

 

JAYAPURA - Polisi berhasil mengungkap tewasnya dr. Mawartih Susanty, dokter Paru RSUD Nabire Provinsi Papua Tengah Kamis (9/3/2023) lalu.

Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri
menyebut, sang dokter tewas akibat dibunuh oleh cleaning service RSUD Nabire.

“Dari hasil penyelidikan yang dilakukan pada Rabu (15/3/2023) ditemukan sampel pada TKP yang diduga milik Key Wengge, salah seorang cleaning service di RSUD Nabire,” ujar Kapolda Papua kepada awak media di Jayapura, Rabu (29/3/2023).

Setelah dikembangkan, lanjut kata Fakhiri, dari hasil DNA menyebutkan bahwa profil DNA dari barang bukti swab puting susu korban ditemukan profil DNA campuran (Mixture DNA profile). 

Dan berdasarkan pemeriksaan lanjutan profil DNA mixture tersebut, didapati bahwa sebagian profil DNA-nya cocok dengan korban Mawartih Susanty, dan sebagian profil DNA-nya cocok dengan salah satu saksi Key Wengge. 

“Setelah hasil tersebut keluar, kemudian personil dengan cepat mengamankan Key Wangge. Dan setelah dilakukan pemeriksaan, pelaku mengaku perbuatannya karena alibi ia bangun terpatahkan oleh pertanyaan penyidik,” tegas Fakhiri.

Kapolda pun menyebut adapun barang bukti yang ditemukan oleh para penyidik yakni berupa handphone Sony Xperia 10 plus warna hitam milik korban, yang disimpan di dalam bantal terbungkus plastik putih dan disimpan di gudang kecil lantai 2 ruang poli RSUD Nabire. 

“Diketahui kronologis kematian dr Mawartih Susanty, yakni dengan cara menganiaya korban dengan menutupi wajahnya memakai rok warna hitam bintik-bintik putih, yang disimpan dalam lemari kamar dan kemudian membersihkan TKP,” jelasnya.

{bbseparator}

Kata Kapolda, motif sementara menurut keterangan pelaku bahwa yang bersangkutan sakit hati dan kecewa atas perlakuan korban terhadap pelaku, dikarenakan korban melakukan pemotongan upah insentif Covid-19 pada tahun 2020 yang seharusnya pelaku menerima Rp15 juta namun pelaku hanya menerima  Rp7 juta. Ditambah pernyataan korban kepada pelaku yaitu "Kamu hanya cleaning service, jadi kamu terima saja segitu,”. 

“Untuk saat ini pelaku mengaku hanya sendiri atau pelaku tunggal dalam melakukan pembunuhan ini. Namun penyidik masih melakukan pendalaman untuk menentukan apakah ada keterlibatan orang lain dalam kasus tersebut,” tandasnya.

Reporter: Edy
Editor: Ady


Komentar

Berita Lainnya