Orangtua Taruna STIP Jakarta Dikabari Anaknya Meninggal karena Serangan Jantung

Senin, 06 Mei 2024 15:55 WITA

Card image

Ketut Swastika, ayah dari taruna yang menjadi korban penganiayaan senior hingga meninggal dunia di STIP pada Jumat (3/5/2024) lalu. (Foto: Dewa/MCW).

Males Baca?

SEMARAPURA - Penyebab tewasnya taruna Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, Putu Satria Ananta Rustika, sempat ditutup-tutupi kampus yang berada di bawah Kementerian Perhubungan.

Hal ini diungkapkan oleh Ketut Swastika, ayah dari taruna yang menjadi korban penganiayaan senior hingga meninggal dunia di STIP pada Jumat (3/5/2024) lalu.

Ketut Swastika mengaku awalnya mendapat kabar bahwa anaknya meninggal dunia sehabis olahraga jalan santai.

"Awalnya saya mendapatkan info dari istri bahwa anak saya (Putu,red) meninggal karena serangan jantung seusai olahraga, begitu pula yang beredar di pemberitaan," ujar Swastika saat ditemui MCWNEWS, Senin (6/5/2024).

Lebih lanjut ia menyebut awalnya kabar tersebut diterima oleh istrinya Ni Nengah Rusmini yang saat itu berdinas di Rumah Sakit Daerah (RSUD) Kabupaten Klungkung.

"Istri saya yang mendapat kabar itu pertama langsung shock, kemudian menelepon saya minta dijemput di tempat dinasnya di RSUD Klungkung dan merencanakan untuk berangkat ke Jakarta," sambung Swastika.

Swastika menyebut dirinya dan keluarga merasa sangat terpukul atas kejadian yang merenggut nyawa putra sulungnya tersebut.

"Jujur dengan kejadian ini kami dari keluarga merasa sangat terpukul atas kepergian Putu yang mendadak ini, kalau meninggal karena serangan jantung kami tidak percaya karena anak kami (Putu,red) rajin berolahraga dan sebelum masuk STIP sudah melakukan cek kesehatan," terang Swastika.

Ia menambahkan bahwa dalam kesehariannya Putu Satya sama sekali tidak pernah merasakan tidak nyaman selama mengikuti pendidikan di STIP.

"Kami selalu berkomunikasi dan anak saya setiap ditanya mengungkapkan semuanya baik-baik saja sehingga kami berpikiran tidak terjadi apa-apa, apakah anak saya di doktrin seperti itu saya tidak paham," tegas Swastika.

Terakhir ia berharap agar pihak berwajib untuk memproses para pelaku yang terlibat dengan hukuman yang seberat-beratnya. 

"Kami dari pihak keluarga meminta agar pihak terkait untuk tegas dan menegakan hukum dengan adil, sampai saat ini kami tidak bisa menerima atas kepergian anak kami, semoga pelaku dihukum seberat-beratnya," pungkas Swastika.

Sementara itu Ketua STIP Jakarta Ahmad Wahid saat dihubungi melalui aplikasi pesan singkat WhatsApp oleh MCWNEWS tidak memberikan jawaban, indikator pesan menunjukkan bahwa pesan tersebut telah terkirim.

Reporter: Dewa


Komentar

Berita Lainnya