Komponen Masyarakat Bali Tolak Penyebaran Nyamuk Wolbachia

Selasa, 07 November 2023 14:11 WITA

Card image

Humas Puskor Hindunesia Dewa Putu Sudarsana didampingi Jubir Gladiator Bangsa Prof Richard Claproth saat konferensi pers menolak Metode Wolbachia di Denpasar, Senin (6/11/2023). (Foto: GND)

Males Baca?

"Tadi kami mengikuti seminar, yang digelar Yayasan Save the Children, dan di dalam surat itu seolah-olah disponsori oleh Pemprov Bali. Yang diundang ada 38 institusi pemerintah. Mulai dari Departemen Kesehatan, Kapolda Bali, Pangdam, Kejaksaan Tinggi, tapi tidak ada satupun pejabat yang datang hanya perwakilannya saja. Dalam seminar tadi mereka (yayasan) menyatakan program ini tidak dibiayai pemerintah, APBN, maupun APBD. Menarik kan? Jadi yang membiayai siapa, yang membiayai adalah Gillespie Family Foundation yang berafiliasi dengan World Mosquito Program, ini program swasta. Total pendanaan untuk seluruh Indonesia sekitar $40 billion, (sekitar Rp400 triliun," ungkap Prof Richard.

Pihak Yayasan Save the Children menurut Prof Richard telah melakukan pembohongan publik. Mereka menyatakan sudah didukung pemerintah dan sudah melakukan sosialisasi, tapi ia yakini tak seluruhnya benar. Untuk itu ia akan melaporkan hal ini ke kantor polisi.

"Kalau itu bukan program nasional, mengapa seolah-olah ini sudah direstui oleh pemerintah. Menurut saya pemerintah di Bali kena 'prank' dan diperalat. Mereka juga mengatakan sudah melakukan sosialisasi ke rumah-rumah penduduk. Saya akan melaporkan ini ke polisi, mereka (Yayasan Save the Children) menyebarkan berita bohong," tandasnya.

Salah satu upaya penolakan adalah munculnya petisi seperti yang dilakukan oleh Gladiator Bangsa. Mereka mengundang masyarakat yang peduli terhadap masalah kesehatan dan lingkungan di Bali maupun di seluruh dunia untuk menambahkan suara pada petisi tersebut.

Ada beberapa alasan yang dikemukakan. Penyebaran jutaan nyamuk tersebut dinilai berdampak besar terhadap pariwisata. Strategi Program Nyamuk Dunia (World Mosquito Program) untuk terus menerus mengembangkan bakteri Wolbachia ke dalam tubuh nyamuk menyebabkan penduduk Bali dan wisatawan harus siap menerima tambahan ratusan juta gigitan nyamuk. Nyamuk harus mendapatkan pakan darah sebelum dapat menghasilkan telur. Setiap nyamuk betina akan memproduksi 100 telur, tiga kali selama masa hidup dewasanya.

Mereka juga mempertanyakan siapa yang bertanggung jawab atas pelepasan nyamuk di Bali tersebut. Apakah Program Nyamuk Dunia (World Mosquito Program), para peneliti, penyandang dana, produsen telur nyamuk, dan perguruan tinggi yang melakukan penelitian akan bertanggung jawab jika terjadi kesalahan atau program ini memberikan dampak negatif. Belum lagi penyakit dan kerusakan yang ditimbulkan hampir tidak mungkin dilacak.

Dalam siaran pers yang diterima media sebelumnya disebutkan, Demam Berdarah Dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan yang serius di Indonesia. Data Kemenkes mencatat 131.265 kasus DBD di Indonesia pada tahun 2022, dimana 40%-nya terjadi pada anak usia 0 – 14 tahun. Jumlah kematian sebanyak 1.135 kasus. Di Bali, Dinas Kesehatan Kota Denpasar mencatat 1.305 kasus DBD sejak bulan Januari – September 2023. Angka ini sudah melebihi data tahun 2022 .

“Angka kasus ini bukan hanya sekedar jumlah, tetapi ada hak kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak yang dipertaruhkan. Metode Wolbachia ini menjadi inovasi baru untuk mencegah kasus DBD terus bertambah. Anak dan masyarakat harus dilindungi dari DBD," beber Erwin Simangunsong/Chief of Partnership, Strategy Program and Operation – Save the Children Indonesia


Halaman :

Komentar

Berita Lainnya