KPK Gelar Festival Film Antikorupsi

Rabu, 01 Mei 2024 12:10 WITA

Card image

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata dalam pembukaan ACFFEST 2024.

Males Baca?

JAKARTA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali menggelar Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST). Perhelatan tahun ini lebih spesial karena bertepatan satu dekade perjalanan ACFFEST dalam eksistensinya melawan korupsi melalui karya film. Festival yang mengusung tema ‘Satu Dekade Berkarya, Berantas Korupsi Lewat Seni’ ini berlangsung di Auditorium Pusat Pembelajaran Arntz Geise (PPAG) Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) Bandung, Selasa (30/4/2024).

“ACFFEST tidak hanya menjadi media kampanye antikorupsi, tetapi lebih dari itu, 10 tahun ACFFEST telah menjadi sebuah gerakan sosial antikorupsi dari anak muda melalui media film. Apalagi, bahasa visual lebih mudah menarik perhatian, dan lebih mudah ditangkap dari pada bahasa lisan. Saya yakin, tidak ada yang mendengarkan pidato dua kali, tapi kalau film bisa berkali-kali,” kata Wakil Ketua KPK Alexander Marwata dalam pembukaan ACFFEST 2024.

Seni pertunjukan, tutur Alex, merupakan media yang tepat bagi KPK untuk menjangkau dan mengedukasi masyarakat, terutama mengenai sembilan nilai antikorupsi tanpa menggurui. Nilai tersebut yakni JUMAT BERSEPEDA KK (jujur, mandiri, tanggung jawab, sederhana, peduli, disiplin, adil, dan kerja keras).

“Kami berharap ke depan ide baru akan terus berkembang. Bila perlu gunakan bahasa daerah, supaya bisa kita putar di setiap daerah sambil berkolaborasi dengan pemerintah daerah. Karena di pemda ada Layanan Publik Satu Pintu. Jadi, ketika masyarakat menunggu diberi layanan, bisa menonton film pendek seperti tadi. Kan selain terhibur, masyarakat bisa menangkap nilai-nilai antikorupsi di dalamnya. Itu sebenarnya tujuan dari ACFFEST ini,” imbuhnya.

Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat Wawan Wardiana menambahkan, bahwa semangat masyarakat dalam pemberantasan korupsi tidak pernah padam dalam kondisi apa pun. Hal ini dibuktikan dengan submission karya film yang terus meningkat setiap tahunnya. Tercatat sepanjang satu dekade ACFFEST ini sudah melahirkan 47 karya ide cerita serta 118 film pendek fiksi yang berhasil tayang di berbagai platform, seperti YouTube, Maxstream, Cinemaworld, Pesawat Garuda Indonesia, Kereta Api Indonesia, Genflix, hingga Bioskop Online.

“Di saat festival film lain terhenti karena pandemi, ACFFEST masih berjalan dengan submission karya yang selalu meningkat. Bahkan, total submission yang masuk dari 2013 hingga 2023 ada 4.700 submission dari sejumlah kategori. Keberlangsungan satu dekade ACFFEST juga menunjukkan bahwa KPK menghargai karya seni dalam perjuangan pemberantasan korupsi,” jelas Wawan.

Rektor Universitas Parahyangan Tri Basuki Joewono juga menyambut baik kehadiran ACFFEST 2024. Baginya, ACFFEST bukan sekadar ajang untuk mengedukasi tentang pentingnya kesadaran melawan korupsi, tetapi juga bentuk kolaboratif KPK dengan masyarakat dalam pemberantasan korupsi. "Kami berharap semoga kegiatan kolaboratif hari ini akan menegaskan, menguatkan, dan menggemakan komitmen untuk mewujudkan peradaban baru, yaitu manusia yang humanum, yang ditandai dengan berbudaya antikorupsi," tuturnya.

Pada kesempatan ini, Plh Sekda Kota Bandung Hikmat Ginanjar turut mengapresiasi helatan ACFFEST yang sudah terselenggara selama 10 tahun ini. “ACFFEST 2024 ini diharapkan mampu menjadi pengembangan positif bagi pelaku seni maupun film yang terlibat. Dengan begitu, mampu memberikan efek domino yang baik bagi para pelaku lainnya. Sehingga bisa menjadi percontohan bagi sesama generasi muda dan masyarakat,” ucap Hikmat.

Rangkaian acara pembukaan ACFFEST 2024 dilanjutkan dengan talkshow yang dihadiri Direktur Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK Amir Arief, filmmaker Danial Rifky, Content Creator Andhika Bayu, dan Alumni ACFFEST sekaligus staf Biro Perekonomian Sekretaris Daerah Provinsi Kalimantan Barat Harry Ronaldi. Mereka sepakat bahwa helatan ACFFEST memungkinkan generasi muda untuk menyuarakan pesan antikorupsi melalui media film, salah satunya seperti film pendek berjudul Pelat Merah yang memotret penyalahgunaan fasilitas negara oleh penyelenggara negara. 

“Ketika saya membuat film Pelat Merah saya mendapat tekanan. Filmnya agak berubah, tapi dengan segala macam risiko, saya berhasil membuat film yang sudah disaksikan tadi. Dan alhamdulillah setelah menjadi juara, tekanan itu hilang. Kami di pemerintahan sudah berani, jadi teman-teman di luar pemerintahan harusnya lebih berani. Ayo, ikuti ACFFEST 2024!” tegas Harry. 


Halaman :

Komentar

Berita Lainnya