KPK Periksa Eks Pejabat Bea Cukai Eko Darmanto sebagai Tersangka

Jumat, 15 September 2023 12:07 WITA

Card image

Mantan Kepala Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto Menggunakan Jaket dan Masker Memenuhi Panggilan KPK sebagai Tersangka, Jumat (15/9/2023). (Foto: Satrio/MCW)

Males Baca?

JAKARTA - Tim penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengagendakan pemeriksaan terhadap mantan Kepala Kantor Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto, hari ini. Eko bakal diperiksa dalam kapasitasnya sebagai tersangka kasus dugaan penerimaan gratifikasi dan Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).

"Benar, sesuai dengan agenda tim penyidik, hari ini (15/9) diagendakan pemeriksaan pihak yang ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara dugaan penerimaan gratifikasi dan TPPU di Dirjen Bea Cukai Kemenkeu RI," kata Kabag Pemberitaan KPK, Ali Fikri saat dikonfirmasi, Jumat (15/9/2023).

Pantauan di lapangan, Eko Darmanto telah hadir memenuhi panggilan pemeriksaan tim penyidik KPK. Eko tiba di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, sekira pukul 09.40 WIB. Ia kemudian langsung dilakukan pemeriksaan di lantai 2 Gedung Merah Putih KPK.

"Pemeriksaan saat ini masih berlangsung," kata Ali.

Sekadar informasi, KPK mulai meningkatkan status penyelidikan mantan Kepala Kantor Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto ke tahap penyidikan. Sebab, proses penyelidikan dan pencarian dua alat bukti terhadap Eko Darmanto telah rampung.

KPK telah mengantongi keterangan dari 17 saksi di berbagai wilayah di antaranya, Surabaya, Jakarta, Pasuruan, hingga Malang, berkaitan dengan transaksi mencurigakan Eko Darmanto. KPK juga sudah berkoordinasi dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) terkait laporan keuangan mencurigakan Eko Darmanto.

Penyidikan terhadap Eko Darmanto dimulai dari adanya kejanggalan dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). LHKPN Eko Darmanto masuk kategori outlier. KPK kemudian menindaklanjuti temuan tersebut ke tahap penyelidikan.

Berdasarkan temuan KPK, utang Eko Darmanto meningkat drastis dalam kurun setahun. Utang tersebut tidak sebanding dengan penghasilannya. Ada ketidakwajaran dalam laporan harta kekayaan Eko.

Di mana, utang Eko mengalami peningkatan sejumlah Rp500 juta dari yang sebelumnya Rp8.525.000.000 (Rp8,5 miliar) pada periodik 2020 menjadi Rp9.018.740.000 (Rp9 miliar) pada periodik 2021.


Halaman :

Komentar

Berita Lainnya